Thursday 2 August 2012

Metode Ilmiah serta Implementasinya

Pada zaman dahulu, perkembangan pola pikir manusia dipengaruhi oleh mitos, ramalan nasib berdasarkan perbintakangan bahkan adanya kepercayaan terhadap banyak dewa. Pengetahuan tersebut diperoleh dengan cara:
  1. Prasangka, yakni suatu anggapan benar padahal baru merupakan kemungkinan benar atau kadang-kadang malah tidak mungkin benar.
  2. Intuisi, yaitu suatu pendapat seseorang yang diangkat dari perbendaharaan pengetahuannya terdahulu melalui proses yang tidak disadari. Jadi, seolah-olah begitu saja muncul sesuatu, tanpa proses penalaran.
  3. Trial and error yaitu metode coba-coba atau untung-untungan. 
Pengetahuan yang di jelaskankan di atas merupakan pengetahuan yang tidak ilmiah karena tidak sesuai dengan kaidah serta metode ilmiah. 
A. Comte menyatakan bahwa ada tiga tahap sejarah perkembangan manusia, yaitu tahap teologi (tahap metafisika), tahap filsafat dan tahap positif (tahap ilmu). Mitos termasuk tahap teologi atau tahap metafisika. Mitologi ialah pengetahuan tentang mitos yang merupakan kumpulan cerita-cerita mitos. Cerita mitos sendiri ditularkan lewat tari-tarian, nyanyian, wayang dan lain-lain. 
Secara garis besar, mitos dibedakan atas tiga macam, yaitu mitos sebenarnya, cerita rakyat danlegenda. Mitos timbul akibat keterbatasan pengetahuan, penalaran dan panca indera manusia serta keingintahuan manusia yang telah dipenuhi walaupun hanya sementara. Sedangkan puncak hasil pemikiran mitos terjadi pada zaman Babylonia (700-600 SM) yaitu horoskop (ramalan bintang), ekliptika (bidang edar Matahari) dan bentuk alam semesta yang menyerupai ruangan setengah bola dengan bumi datar sebagai lantainya sedangkan langit-langit dan bintangnya merupakan atap.
 Sementara yang disebut dengan metode ilmiah adalah Suatu rangkaian prosedur yang tertentu yang harus diikuti untuk mendapatkan jawaban yang tertentu dari pertanyaan tertentu pula. Pengetahuan dikatakan ilmiah apabila mempunyai parameter-parameter, yaitu:
  •  Objektif, artinya pengetahuan itu sesuai dengan objeknya, maksudnya adalah bahwa kesesuaian atau dibuktikan dengan hasil penginderaan atau empiris.  
  • Metodik, artinya pengetahuan itu diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu yang teratur dan terkontrol. 
  • Sistematik, artinya pengetahuan ilmiah ini tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri; satu dengan yang lain saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan utuh.
  • Berlaku umum (universal), artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh seseorang atau beberapa orang saja, tetapi semua orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama pula.
  • Mempunyai kontribusi dalam rangka pengembangan peradaban manusia (contibution to knowlegde).
1.   Perumusan masalah,yaitu pertanyaan-pertanyaan epistemologik seperti apa, mengapa, ataupun bagaimana tentang objek yang diteliti.
2.   Penyusunan hipotesis, yaitu pernyataan yang menunjukkan kemungkinan-kemungkinan jawaban untuk menyelesaikan masalah yang telah ditetapkan.
3.   Pengujian hipotesis, yaitu berbagai usaha pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang telah diajukan untuk dapat memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak. Fakta-fakta ini dapat diperoleh melalui pengamatan langsung dengan mata atau melalui teleskop atau dapat juga melalui uji coba atau eksperimentasi, kemudian fakta-fakta itu dikumpulkan melalui penginderaan. Fakta dan teori dalam pemikiran ilmiah menduduki posisi yang menentukan
5.   Penarikan kesimpulan, yaitu sesuatu yang didasarkan atas penilaian melalui analisis dari fakta-fakta (data), untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan itu diterima atau tidak. Hipotesis itu dapat diterima apabila fakta-fakta yang terkumpul itu mendukung pernyataan hipotesis, sebaliknya, apabila tidak mendukung maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang diterima merupakan suatu pengetahuan yang kebenarannya telah diuji secara ilmiah, dan merupakan bagian dari ilmu pengetahuan. Dalam penarikan kesimpuan itu maka yang berlaku adalah verifikasi (membenarkan hipotesa yang ada) atau falsifikasi (menolak hipotesa terdahulu). 
Dengan ditemukannya metode ilmiah praktis pengetahuan yang tidak ilmiah seperti takhayul, mitos dan segala macam jenisnya tidak dapat di terima lagi karena metode ilmiah memepunyai kelebihan-kelebihan antara lain: 
  1. Mencintai kebenaran yang objektif, bersikap adil, dan itu semua berorientasi ke arah hidup yang lebih baik. 
  2. Menyadari bahwa kebenaran itu tidak absolut tetapi relatif; hal ini menjadi inspirasi untuk konsisten mencari kebenaran. 
  3. Dengan ilmu pengetahuan, orang lalu tidak percaya pada takhyul, mitos, atau astrologi karena segala sesuatu di alam semesta terjadi melalui suatu proses yang teratur. 
  4. Ilmu pengetahuan membimbing kita untuk ingin tahu lebih banyak. 
  5. Ilmu pengetahuan membimbing kita untuk tidak berpikir secara prasangka, tetapi berpikir secara terbuka atau objektif, suka menerima pendapat orang lain atau bersikap toleran dan bijaksana. 
  6. Ilmu pengetahuan membimbing kita untuk tidak percaya begitu saja pada suatu kesimpulan tanpa adanya bukti-bukti yang nyata. 
  7. Metode ilmiah juga membimbing kita selalu bersikap optimis, teliti dan berani membuat suatu pernyataan yang menurut keyakinan ilmiah kita adalah benar. 
Dengan metode ilmiah dapat dihasilkan pengetahuan yang ilmiah, namun hal itu tidaklah bersifat sempurna karena itu mempunyai keterbatasan antara lain: 
  1. Kita mengetahui bahwa data yang digunakan untuk mengambil kesimpulan ilmiah itu berasal dari pengamatan sementara, pancaindera kita mempunyai keterbatasan dalam menangkap fakta.
  2. Dalam mengambil kesimpulan mungkin bisa keliru oleh pengamatan yang tidak obyektif. 
  3. Kebenaran ilmu pengetahuan bersifat relatif dan tentatif karena memungkinkan ditolak oleh hasil pengamatan setelahnya. Artinya, kebenaran itu adalah tak terbatas; metode yang beraneka ragam adalah perlu untuk mencapai berbagai aspek kajian. 
  4. Tidak mampu menjangkau hal-hal yang bersifat transendental misalnya tentang ketuhanan, tentang sistem nilai ataupun keindahan.
    Seseorang yang berpengetahuan ilmiah tentunya akan bersikap ilmiah. Sikap ilmiah ialah sikap yang muncul/yg tertanam pada diri seorang ilmuwan/siswa ketika terbiasa melakukan kerja ilmiah/bekerja dengan metode ilmiah.
        Sikap mencintai kebenaran,
        Sikap tidak purbasangka,
        Menyadari kebenaran ilmu tidak mutlak,
        Keyakinan bahwa tatanan alam bersifat teratur,
        Bersifat toleran terhadap orang lain,
        Bersikap ulet,
        Sikap teliti dan hati-hati,
        Sikap ingin tahu (corious), dan
        Sikap optimis.


(jangan lupa komentarnya ya ^_^)   Joesat




0 komentar: