Pada
zaman dahulu, perkembangan pola pikir manusia dipengaruhi oleh mitos, ramalan
nasib berdasarkan perbintakangan bahkan adanya kepercayaan terhadap banyak
dewa. Pengetahuan tersebut diperoleh dengan cara:
- Prasangka, yakni suatu anggapan benar padahal baru merupakan kemungkinan benar atau kadang-kadang malah tidak mungkin benar.
- Intuisi, yaitu suatu pendapat seseorang yang diangkat dari perbendaharaan pengetahuannya terdahulu melalui proses yang tidak disadari. Jadi, seolah-olah begitu saja muncul sesuatu, tanpa proses penalaran.
- “Trial and error” yaitu metode coba-coba atau untung-untungan.
Pengetahuan yang di jelaskankan di atas merupakan
pengetahuan yang tidak ilmiah karena
tidak sesuai dengan kaidah serta metode ilmiah.
A. Comte menyatakan bahwa ada tiga tahap sejarah
perkembangan manusia, yaitu tahap teologi (tahap metafisika), tahap filsafat
dan tahap positif (tahap ilmu). Mitos termasuk tahap teologi atau tahap
metafisika. Mitologi ialah pengetahuan tentang mitos yang merupakan kumpulan
cerita-cerita mitos. Cerita mitos sendiri ditularkan lewat tari-tarian,
nyanyian, wayang dan lain-lain.
Secara garis besar, mitos dibedakan atas tiga
macam, yaitu mitos sebenarnya, cerita rakyat danlegenda. Mitos timbul akibat
keterbatasan pengetahuan, penalaran dan panca indera manusia serta
keingintahuan manusia yang telah dipenuhi walaupun hanya sementara. Sedangkan puncak
hasil pemikiran mitos terjadi pada zaman Babylonia (700-600 SM) yaitu horoskop
(ramalan bintang), ekliptika (bidang edar Matahari) dan bentuk alam semesta
yang menyerupai ruangan setengah bola dengan bumi datar sebagai lantainya
sedangkan langit-langit dan bintangnya merupakan atap.
Sementara yang disebut dengan metode ilmiah adalah Suatu
rangkaian prosedur yang tertentu yang harus diikuti untuk mendapatkan jawaban
yang tertentu dari pertanyaan tertentu pula.
Pengetahuan
dikatakan ilmiah apabila mempunyai parameter-parameter, yaitu:
- Objektif, artinya pengetahuan itu sesuai dengan objeknya, maksudnya adalah bahwa kesesuaian atau dibuktikan dengan hasil penginderaan atau empiris.
- Metodik, artinya pengetahuan itu diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu yang teratur dan terkontrol.
- Sistematik, artinya pengetahuan ilmiah ini tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri; satu dengan yang lain saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan utuh.
- Berlaku umum (universal), artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh seseorang atau beberapa orang saja, tetapi semua orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama pula.
- Mempunyai kontribusi dalam rangka pengembangan peradaban manusia (contibution to knowlegde).
1. Perumusan
masalah,yaitu pertanyaan-pertanyaan
epistemologik seperti apa, mengapa, ataupun bagaimana tentang objek yang
diteliti.
2. Penyusunan
hipotesis, yaitu pernyataan yang
menunjukkan kemungkinan-kemungkinan jawaban untuk menyelesaikan masalah yang
telah ditetapkan.
3. Pengujian
hipotesis, yaitu berbagai usaha pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan
hipotesis yang telah diajukan untuk dapat memperlihatkan apakah terdapat
fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak. Fakta-fakta
ini dapat diperoleh melalui pengamatan langsung dengan mata atau melalui
teleskop atau dapat juga melalui uji coba atau eksperimentasi, kemudian
fakta-fakta itu dikumpulkan melalui penginderaan. Fakta dan teori dalam
pemikiran ilmiah menduduki posisi yang menentukan
5. Penarikan
kesimpulan, yaitu sesuatu yang didasarkan atas penilaian melalui analisis
dari fakta-fakta (data), untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan itu
diterima atau tidak. Hipotesis itu dapat diterima apabila fakta-fakta yang
terkumpul itu mendukung pernyataan hipotesis, sebaliknya, apabila tidak
mendukung maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis
yang diterima merupakan suatu pengetahuan yang kebenarannya telah diuji secara
ilmiah, dan merupakan bagian dari ilmu pengetahuan. Dalam penarikan kesimpuan
itu maka yang berlaku adalah verifikasi (membenarkan hipotesa yang ada) atau
falsifikasi (menolak hipotesa terdahulu).
Dengan ditemukannya metode ilmiah praktis pengetahuan
yang tidak ilmiah seperti takhayul, mitos dan segala macam jenisnya tidak dapat
di terima lagi karena metode ilmiah memepunyai kelebihan-kelebihan antara lain:
- Mencintai kebenaran yang objektif, bersikap adil, dan itu semua berorientasi ke arah hidup yang lebih baik.
- Menyadari bahwa kebenaran itu tidak absolut tetapi relatif; hal ini menjadi inspirasi untuk konsisten mencari kebenaran.
- Dengan ilmu pengetahuan, orang lalu tidak percaya pada takhyul, mitos, atau astrologi karena segala sesuatu di alam semesta terjadi melalui suatu proses yang teratur.
- Ilmu pengetahuan membimbing kita untuk ingin tahu lebih banyak.
- Ilmu pengetahuan membimbing kita untuk tidak berpikir secara prasangka, tetapi berpikir secara terbuka atau objektif, suka menerima pendapat orang lain atau bersikap toleran dan bijaksana.
- Ilmu pengetahuan membimbing kita untuk tidak percaya begitu saja pada suatu kesimpulan tanpa adanya bukti-bukti yang nyata.
- Metode ilmiah juga membimbing kita selalu bersikap optimis, teliti dan berani membuat suatu pernyataan yang menurut keyakinan ilmiah kita adalah benar.
- Kita mengetahui bahwa data yang digunakan untuk mengambil kesimpulan ilmiah itu berasal dari pengamatan sementara, pancaindera kita mempunyai keterbatasan dalam menangkap fakta.
- Dalam mengambil kesimpulan mungkin bisa keliru oleh pengamatan yang tidak obyektif.
- Kebenaran ilmu pengetahuan bersifat relatif dan tentatif karena memungkinkan ditolak oleh hasil pengamatan setelahnya. Artinya, kebenaran itu adalah tak terbatas; metode yang beraneka ragam adalah perlu untuk mencapai berbagai aspek kajian.
- Tidak mampu menjangkau hal-hal yang
bersifat transendental misalnya tentang ketuhanan, tentang sistem nilai ataupun
keindahan.
Seseorang yang berpengetahuan ilmiah tentunya akan bersikap ilmiah. Sikap ilmiah ialah sikap yang muncul/yg tertanam pada diri seorang ilmuwan/siswa ketika terbiasa melakukan kerja ilmiah/bekerja dengan metode ilmiah.
–
Sikap mencintai kebenaran,
–
Sikap tidak purbasangka,
–
Menyadari kebenaran ilmu tidak mutlak,
–
Keyakinan bahwa tatanan alam bersifat teratur,
–
Bersifat toleran terhadap orang lain,
–
Bersikap ulet,
–
Sikap teliti dan hati-hati,
–
Sikap ingin tahu (corious), dan
–
Sikap optimis.
(jangan lupa komentarnya ya ^_^) Joesat
0 komentar:
Post a Comment